Senin, 07 April 2008

Penambangan di Kepulauan Riau Dikeluhkan

TEMPO Interaktif, Tanjung Pinang
Masyarakat sejumlah pulau di Kepulauan Riau mulai mengeluhkan aktivitas pertambangan di tempat mereka tinggal. Beberapa di antaranya diduga merusak ekologi. Keluhan ini banyak disampaikan kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi Kepulauan Riau Hendri Frankim. Selama masa reses, anggota DPD yang kembali ke daerah pemilihannya tersebut menerima pangaduan masyarakat soal maraknya penambangan yang merusak ekologi.
Ia mencontohkan dengan penambangan di Pulau Sebaruk (43 hektar) yang telah dikeluarkan izinnya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan. Pasir besi di kawasan itu kemudian diekspor ke Singapura. Frankim menilai, seharusnya penambangan tidak diizinkan sembarangan karena dikhawatirkan merusak lingkungan sekitar. "Takutnya seperti pulau Sebaik," kata Frankim di Tanjungpinang.
Kalau pun diberikan izin, ia berharap ada peninjauan dan pengujian kelayakan di lapangan. "Jangan kalau sudah parah baru dihentikan," katanya lagi. Kepulauan Riau sebenarnya menyimpan kekayaan alam berupa bauxite, pasir timah, dan pasir darat. Namun, menurut Frankim, penambangan itu belum mensejahterakan masyarakat sekitar. Apalagi tambang yang sudah tidak berproduksi tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian masyarakat.
"Ke mana larinya hasil tambang puluhan tahun itu?" ungkap Frankim. Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Muhammad Nur, SH berjanji akan mengecek keluhan DPD itu. Ia akan mengevaluasi kegiatan perusahaan tambang di sana, termasuk di Bintan dan Pulau Sebaruk itu. Diakui, penambangan buxit selama ini dilakukan PT. Antam, namun soal pendapatan asli daerah pihaknya belum ada data kongkrit, karena Provinsi Kepri baru berdiri. "Dari dulu penambanga itu ada, jadi tidak adil bila semua itu ditimpakan ke pihak provinsi yang beru berdiri," katanya. Namun masukan dari anggota dewan perwakilan daerah Kepri itu positif.
Sumber : Rumbadi Dalle, Tempo Interaktif

10 Pulau Kecil Di Kepulauan Riau Telah Hilang

10 Pulau Kecil Di Kepri Telah Hilang
Akibat Reklamasi Singapura

BATAM - Direktur Jendral (Dirjen) Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan, menyatakan sebanyak 10 pulau kecil disekitar Pulau Durian dan Combol di Kepulauan Riau (kepri) telah hilang. "Hilangnya pulau-pulau kecil di Kepri ini akibat reklamasi Singapura menambah luas wilayah daratannya semula 527 km2 sampai tahun 1999 menjadi 660 km2. Diperkirakan memasuki 2010 luasnya akan bertambah menjadi 820km2" ujarnya disela-sela Lokakarya Penyelamatan Ekosistem dikawasan Penambangan Pasir Laut di Hotel Nagoya Plaza.

Menurutnya , akibat reklamasi Singapura ini menyebabkan pertambahan luas wilayah perairan dan pergeseran titik dasar. Begitu pula, kegiatan penambangan pasir legal maupun illegal telah merusak lingkungan perairan dan mengancam kehidupan nelayan. "Terjadinya hal demikian akibat utama adalah masih simpang siurnya kelembagaan pengelolaan perizinan antara pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Ditambah lagi karena pemegang izin penambangan pasir dan ekspor dilakukan oleh orang yang berbeda sehingga sulit dikontrol," ujarnya.

Dikatakan penambangan pasir ini perlu dikendalikan sehingga tidakmengancam keseimbangan ekosistem, nelayan, isu pulau tenggelam dan daratanSingapura bertambah luas sehingga Batam, Rempang dan Galang kurang kompetitif sertakerugian devisa negara.

Ditambahkannya, sampai 2001, sekitar 70 pulau di Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI) telah hilang. Pulau Nipah sebagai titik dasar perbatasan Indonesia Singapura terancam tenggelam . Luas daratannya yang semula 7 hekatare akibat eksploitasi penggalian pasir secara besar-besaran.

Tak biru lagi laut..ku
Tak elok lagi pantai..ku
Tak riuh lagi camarku..ku
Tak nyiur lagi kelapa..ku
Tak kuat lagi karang..ku
Tak ramah lagi nelayan..ku.................. (iwan fals)

Tak waras lagi Pemerintah Pusat, Gubernur, Bupati.....ku
Tak ............................tau lagi seperti apa Bangsa...ku ini
Sudah jelas lebih banyak Mudharatnya dari pada manfaatnya masih saja terus mencari pembenaran untuk melakukannya lagi.

sumber :
KALIPTRA Sumatera
Jl. Mangga No 47 Sukajadi Pekanbaru Riau - Indonesia
T/F: 0761-43420/46676

LUAS KAWASAN HUTAN INDONESIA HANYA 12 JUTA HEKTAR

Luas kawasan hutan di Indonesia ternyata hanya 12 juta hektar. Pasalnya, dari 122 juta hektar yang selama ini diklaim Departemen Kehutanan,baru 12 juta hektar yang ditetapkan sebagai kawasan hutan.
Peneliti Internasional Cnetre for Research in Agroforestry (ICRAF), Martua Sirait, menyatakan hal tersebut disela-sela seminar Masa Depan Pelaksanaan Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, di Jakarta. Menurut Martua, luas 122 juta ha itu memang telah ditunjuk Menteri Kehutanan sebagai kawasan hutan, tetapi lebih dari 90 % belum ditetapkan.
Akibatnya secara hukum status sebagian kawasan hutan mesih belum jelas. Lebih parah lagi sebagian dari kawasan hutan tersebut ternyata perkampungan, persawahan dan perkebunan yang sudah dimiliki rakyat.
"Akibatnya dimasa-masa mendatang upaya penetapan kawasan hutan yang telah ditunjuk akan mendapat penentangan," katanya. Martua mencontohkan, baru-baru ini Dephut terpaksa melepaskan status sebagian kawasan hutan di daerah Lampung karena daerah tersebut sudah menjadi hak milik rakyat.
Martua menilai penetapan kawasan hutan akan menjadi persoalan besar yang dihadapi Dephut dimasa mendatang. Pasalnya jika tidak berhasil ditetapkan, Dephut tidak bisa mengklaim begitu saja luas kawasan hutan diIndonesia yang mencapai 122 juta hektar itu.
Dephut, tutur Martua, selama ini tidak mengalami kemajuan yang berarti dalam penetapan kawasan hutan. "Penetapan itu tidak mengalami kemajuan berarti dibandingkan zaman Belanda," ungkapnya seraya menyatakan penentuan-penentuan batas hutan selalu menimbulkan konflik dengan masyarakat sehingga Dephuut sulit menetapkan sebagai daerah kawasan hutan.
Lebih lanjut, Martua Sirait menyatakan, penetapan batas-batas hutan baru bisa diselesaikan di Pulau Jawa, sementara di Kalimantan dan Papua masih belum dilakukan.
Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Departemen Kehutanan Tachrirfathoni mengakui penetapan kawasan hutan sulit dilakukan. Untuk bisa ditetapkan, batas-batas hutan harus ditetapkan terlebih dahulu.
"Ke depan upaya penetapan kawasan hutan akan makin sulit dilakukan seiring dengan otonomi daerah, sehingga program penetapan batas kawsanhutan yang dilakukan Dephut terhenti," katanya.
Sumber :
Sekretariat KpSHK Jl. Arzimar III No 17, Bogor Baru-Bogor 16152
Tlp. +62-251-380301, Fax. +62-251-380967

11 Sikap yang Menjadi Penyumbang Kegagalan dalam Pekerjaan

Semakin besar tanggungjawab seseoraang di dalam perusahaan, semakin banyak tuntutan yang harus dipenuhi. Selain pekerjaan yang harus dikelola sebaik mungkin, juga pendekatan yang baik harus dilakukan kepada para rekan kerja, atasan dan bawahan.
Ada banyak orang gagal dalam pekerjaan hanya karena sikap-sikap di bawah ini:
1. Arogansi : merasa diri paling benar dan yang lain salah
2. Melograma : selalu ingin menjadi pusat perhatian
3. Volatility : sulit ditebak, bersikap sesuai mood-nya
4. Excessive Caution : takut mengambil keputusan
5. Habitual Distrust : sikap yang selalu curiga kepada orang lain
6. Aloofness : sulit dihubungi dan berkomunikasi dengan orang lain
7. Mischievousness : peraturan dibuat untuk dilanggar
8. Eccentricity : selalu ingin berbeda, sehingga terkadang dianggap aneh oleh orang lain
9. Passive Resistance : tidak yakin dengan apa yang dia katakan
10. Perfectionism : kebanyakan dianggap salah, hanya sedikit yang benar
11. Eagerness to please : mengejar popularitas dalam setiap situasi.
Adakah Anda memiliki salah satu sikap-sikap di atas?
Sebaiknya Anda memikirkan untuk mengelolanya dari sekarang....

Kanker Payudara ( oops !!! )

Ini dia, Enam Makanan Anti Kanker Payudara...?

Kanker payudara?
Siapa pun pasti ingin menghindarinya.Beberapa penelitian terakhir, menyebutkan ada enam jenis makanan yang dapat mencegah timbulnya penyakit yang menakutkan kaum wanitatersebut. Simaklah, apakah ke enam jenis makanan tersebut sudah terdapatdalam daftar belanjaan atau tidak.
1. Gandum
Dalam hal ini Anda dapat mengkonsumsi gandum yang berbentuk sereal dengan segelas susu setiap pagi.Setiap 1/2 gelas gandum setara dengan 10 gr dari kebutuhan serat yang digunakan untuk menurunkan tingkat estrogen dalam tubuh.Para ahli berpendapat bahwa tingkat estrogen yang tinggi dalam tubuh akan semakin merangsang pertumbuhan kanker payudara.
2. Ikan Salmon dan Tuna
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di UCLA, Amerika Serikat,ditemukan bahwa para wanita yang tinggal di daerah dekat sungai dan mengkonsumsi ikan tuna dan salmon setiap hari, ternyata tingkat risiko terkenakanker payudaranya sangat kecil.Diduga karena adanya kandungan zat omega-3 yang terdapat dalam ikan tersebut.
3. Wortel dan Bayam
Wanita yang tidak pernah mengkonsumsi wortel dan bayam, juga berisikoterkena kanker payudara dua kali lebih besar, dibanding mereka yang sering mengkonsumsi kedua jenis sayuran itu.
4.Yoghurt
Pada suatu penelitian yang menggunakan yoghurt sebagai medium,diungkapkan ternyata yoghurt dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara, terutama dalam jumlah yang cukup banyak.
5. Susu Kedelai
Diperoleh fakta bahwa salah satu zat yang terkandung di dalam susukedelai murni ternyata dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara sebesar 28% dibandingkan dengan yang terdapat pada kacang kedelai olahan.
6. Jus Jeruk
Masih dalam proses penelitian yang dilakukan di Universitas Western Ontario, Canada, pada hewan percobaan, disebutkan bahwa jus jeruk bisa memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara sampai 50%. Anderson Cancer Center menyimpulkan bahwa wanita yang mencukur buluketiaknya ternyata 10 kali lebih rentan terhadap kanker payudaradibandingkan dengan wanita yang membiarkan bulu ketiaknya tumbuh apa adanya.
Dr. Therese Bevers dari M.D. Anderson mengungkapkan, denganmencukur bulu ketiak, di ketiak akan timbul banyak luka tak kasat mata serta pori-pori di daerah ketiak akan membesar. Ini memungkinkan toxin dan zat kimia dari berbagai produk seperti deodorant, bedak, dan krim akan dengan mudah memasuki kulit. Deodorant antiperspirant menambah mudah toxin masuk ke dalam kulit, karena antiperspirant mencegahpengeluaran keringat yang bisa membantu melunturkan toxin yang masuk. Toxin yang masuk itu dapat tertimbun pada payudara, dan akibatnyaadalah timbulnya kanker.
Bevers menjelaskan bahwa bulu ketiak memang berguna untuk melindungi ketiak dari zat racun yang hendak masuk dari luartubuh,karena di ketiak terdapat kelenjar limfa yang memudahkan transportasi racun terutama ke payudara dan bagian tubuh lainnya. Kemungkinantransportasi toxin ke bagian tubuh lain juga ada, sehingga memangketidakadaan bulu ketiak juga memudahkan tumbuhnya kanker di bagian tubuh lain seperti paru-paru, jantung, dan otak, terutama apabila dipayudaranya sudah tumbuh kanker. Untuk wanita yang kurang menjaga kebersihannya, ketiadadaan bulu ketiak juga memungkinkan bakteri dan kuman tertimbun di pori-pori dan memudahkan timbulnya bisul atau abses. Kesimpulan adanya hubungan antara kanker dan mencukur bulu ketiak ini diperoleh daripendataan terhadap wanita di Amerika Serikat dan Eropa selama 10 tahun terakhir.
American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2002 saja akan timbul 175.000 kasus baru kanker payudara ganas di Amerika Serikat, dan akan terjadi 43.000 kematian karena kanker payudara. Lebih lanjut, Bevers mengemukakan bahwa setiap rambut yang tumbuh pada tubuh kita memang dapat menjaga organ tubuh vital yang ada di dekatnya, dan adalah ironis bahwa banyak wanita yang membuang bulu ketiaknya hanya karena alasan mode padahal di dekat ketiak terdapat organ yang sangat penting yaitu payudara.
Pria terbukti jauh lebih aman terhadap bahaya ini karena kebanyakan pria tidakmencukur bulu ketiaknya. Ketika ditanya apakah menghilangkan buluketiak dengan cara lain seperti waxes dan mencabutnya juga meningkatkan kerentanan yang sama terhadap kanker, Bevers menjawab memang membuang bulu ketiak dengan mencukurnya adalah paling berbahaya karena kemungkinan timbulnya luka-luka minor lebih besar, namun cara lain justru memperbesarpori-pori jauh lebih besar daripada mencukur sehingga secara garis besarseluruhnya sama bahayanya. Bevers menyarankan agar wanita tidak perlu mencukur bulu ketiaknya karena bahayanya sangat besar dibandingkan dengan manfaatnya. "Budaya menghilangkan bulu ketiak itu ditumbuhkan karena alasan bisnis semata, padahal dilihat dari sudut pandang medis sangat merugikan bagi yang melakukannya", kata Bevers.

MANFAAT EKONOMIS BERHENTI MEROKOK


Oleh: Safir Senduk

Sebagian dari Anda, pasti ada yang perokok. Ada yang perokok berat, ada pula perokok ringan. Saya rasa Anda sudah pernah mendengar bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan. Hal itu malah ditulis jelas di bungkus rokok yang Anda beli. Tapi mungkin Anda tidak pernah menghiraukan, karena bagi sebagian orang rokok boleh jadi merupakan bagian kenikmatan hidup. Banyak orang yang merasa belum bisa berpikir kalau belum merokok. Malah ada yang tidak bisa bekerja kalau belum merokok. Kalau tidak, kepala bisa pening, begitu alasan mereka.

Topik artikel kali ini adalah apa manfaat ekonomis yang akan Anda dapatkan bila Anda berhenti merokok. Tenang saja, saya bukan anggota dari organisasi kesehatan yang selalu menggembar-gemborkan ruginya merokok bagi kesehatan. Saya hanya ingin menunjukkan apa manfaat ekonomis bila Anda berhenti merokok, walaupun nanti saya selipkan juga beberapa pesan kesehatan. DITABUNG LEBIH MENGUNTUNGKAN .

Misalkan saja Anda menghabiskan Rp 3.500 sehari untuk membeli sebungkus rokok kretek filter lokal. Ini berarti, dalam sebulan Anda membelanjakan Rp 105 ribu untuk rokok, sehingga dalam setahun, pengeluaran Anda untuk rokok mencapai Rp 1.260.000.

Sekarang kita hitung, berapa jumlah uang yang Anda keluarkan selama hidup Anda bila Anda terus merokok. Kalau pada saat ini berumur 30, maka bila Anda terus merokok sampai umur 50, Anda berarti menghisap rokok secara terus menerus selama 20 tahun. Bila dihitung, pengeluaran Anda untuk rokok adalah: Rp 1.260.000 x 20 tahun = Rp 25.200.000.

Itu pun dengan asumsi bahwa harga rokok selalu konstan dan tidak pernah naik. Tentunya hal itu tidak mungkin terjadi. Harga rokok pasti naik setiap tahun. Kalau setiap tahun harga rokok naik sebesar 10 persen saja, maka dalam 20 tahun, bila dihitung-hitung, jumlah uang yang Anda belanjakan untuk rokok bisa mencapai lebih dari Rp 72 juta!

Sekarang, apa yang terjadi bila Anda berhenti merokok dan menabungkan saja uang jatah rokok tersebut? Kalau misalnya Anda menginvestasikan Rp 105 ribu per bulan tadi ke tabungan di bank yang memberikan bunga 10 persen per tahun, maka setelah 20 tahun (240 bulan), saldo tabungan Anda akan lebih dari Rp 80 juta!

Itu dengan asumsi suku bunga 10 persen. Kalau uang itu Anda in-vestasikan pada produk investasi yang memberikan 15 persen per tahun, maka saldo Anda akan menjadi Rp 159 juta lebih. Pada saat ini, sudah ada, kok, beberapa produk investasi yang bisa memberikan hasil sekitar 15 persen per tahun.

Perhitungan di atas dilakukan dengan asumsi bahwa Anda menabungkan jumlah uang yang sama setiap bulan selama 20 tahun itu. Tapi dengan harga rokok yang terus naik, Anda tentunya tidak akan menabungkan jumlah uang yang sama dari tahun ke tahun bukan?

Tentunya jumlah yang Anda tabungkan akan terus naik setiap tahunnya. Bayangkan berapa saldo uang yang Anda miliki nanti, yang mungkin bisa Anda wariskan ke anak cucu Anda.
RUGI BIAYA KESEHATAN

Tidak hanya itu. Bila Anda merokok, selain Anda kehilangan uang, Anda juga harus membayar biaya kesehatan yang cukup besar. Ini karena rokok bisa menyebabkan Anda terkena penyakit radang paru-paru, yang biasanya baru akan terasa ketika Anda berumur sekitar 50 - 60 tahun di mana daya tahan Anda sudah jauh lebih rendah dibanding ketika Anda masih berumur 30-an.
Penyakit paru-paru ini tergolong kritis, di mana uang untuk bisa membiayai penyakit kritis biasanya mahal sekali. Jumlahnya bisa belasan bahkan puluhan juta rupiah.

Belum lagi kalau Anda dirawat inap. Pada saat ini, ongkos menginap di RS adalah sekitar Rp 200 ribu per hari. Bila Anda dirawat inap selama 10 hari saja, Anda sudah akan menghabiskan sekitar Rp 2 juta hanya untuk membayar RS. Bila radang paru-paru Anda cukup kronis, Anda akan dirawat dalam waktu yang mungkin sangat lama di RS, sehingga biaya yang harus Anda bayar untuk RS bisa menjadi sangat besar.

Merokok memang nikmat, Pembaca. Tapi akibatnya Anda seperti membakar uang setiap hari dan membunuh diri Anda pelan-pelan. Ketika Anda tua dan daya tahan Anda sudah akan menurun, penyakit Anda biasanya sudah pasti akan muncul, sehingga makin banyak uang yang harus Anda keluarkan lagi nantinya.

Bila memang demikian, kenapa Anda tidak memutuskan untuk berhenti merokok, dan menginvestasikan saja uang tersebut secara rutin? Ketika anak Anda besar, Anda mungkin bisa mewariskan saja uang itu kepadanya. Selain itu, hidup tanpa rokok akan membuat umur Anda lebih panjang, dibanding bila Anda merokok, yang biasanya akan "mengurangi" umur. Seperti kata orang: "Untuk tiap batang rokok yang diisap, umur manusia berkurang sebanyak satu hari." Itu berarti, makin sedikit pula waktu "sehat" yang bisa Anda gunakan bersama keluarga Anda.

Terkadang untuk mengambil keputusan yang menguntungkan, ada pengorbanan yang harus Anda lakukan. Dalam hal ini, yang Anda korbankan mungkin adalah kenikmatan Anda merokok. Tapi apa yang akan Anda dapatkan ketika berhenti merokok adalah tubuh yang lebih sehat, dan uang yang lebih banyak. Terserah, Anda mau pilih yang mana?

* * *
Perhitungan di atas tadi menggunakan asumsi rokok kretek filter seharga Rp 3.500. Beberapa dari Anda mungkin merokok sebungkus rokok putih impor setiap harinya. Rokok seperti ini, harganya berkisar sekitar Rp 5.000 perbungkusnya. Dengan asumsi bahwa Anda menghabiskan sebungkus sehari, maka dalam sebulan Anda akan menghabiskan Rp 150 ribu, dan dalam setahun Anda akan menghabiskan Rp 1,8 juta.

Dengan asumsi bahwa harga rokok tersebut naik terus 10 persen setiap tahun, maka pengeluaran Anda untuk rokok selama 20 tahun menjadi Rp 85,9 juta. Tapi bila uang itu diinvestasikan pada produk investasi yang memberikan bunga 10 persen per tahun, maka pada akhir tahun ke-20 Anda akan memiliki dana investasi sebesar Rp 114,8 juta. Jika memakai asumsi bunga 15 persen per tahun, maka saldo dana investasi Anda menjadi Rp 227,3 juta.

Satu hal lagi yang perlu Anda ketahui, bila Anda adalah seorang perokok maka premi yang harus Anda bayar untuk asuransi bisa lebih mahal sekitar 10-20 persen dibanding rekan-rekan Anda yang tidak merokok. Kenapa? Ini karena seorang perokok memiliki risiko kematian yang lebih besar dibanding mereka yang tidak merokok. Jadi, secara ekonomis, tidak merokok jauh lebih bermanfaat daripada merokok.

* * *
Perhitungan di atas tadi menggunakan asumsi rokok kretek filter seharga Rp 3.500. Beberapa dari Anda mungkin merokok sebungkus rokok putih impor setiap harinya. Rokok seperti ini, harganya berkisar sekitar Rp 5.000 per- bungkusnya. Dengan asumsi bahwa Anda menghabiskan sebungkus sehari, maka dalam sebulan Anda akan menghabiskan Rp 150 ribu, dan dalam setahun Anda akan menghabiskan Rp 1,8 juta.

Dengan asumsi bahwa harga rokok tersebut naik terus 10 persen setiap tahun, maka pengeluaran Anda untuk rokok selama 20 tahun menjadi Rp 85,9 juta. Tapi bila uang itu diinvestasikan pada produk investasi yang memberikan bunga 10 persen per tahun, maka pada akhir tahun ke-20 Anda akan memiliki dana investasi sebesar Rp 114,8 juta. Jika memakai asumsi bunga 15 persen per tahun, maka saldo dana investasi Anda menjadi Rp 227,3 juta.

Satu hal lagi yang perlu Anda ketahui, bila Anda adalah seorang perokok maka premi yang harus Anda bayar untuk asuransi bisa lebih mahal sekitar 10-20 persen dibanding rekan-rekan Anda yang tidak merokok. Kenapa? Ini karena seorang perokok memiliki risiko kematian yang lebih besar dibanding mereka yang tidak merokok. Jadi, secara ekonomis, tidak merokok jauh lebih bermanfaat daripada merokok.

Menyongsong Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sebagai Cluster World Heritage Site

Kawasan Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera yang terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah diusulkan sebagai kelompok (cluster) Warisan Alam Dunia karena keunikan dan saling berhubungan sebagai satu kesatuan serta memiliki 4 kriteria yang menjadi syarat untuk menjadi kawasan Warisan Alam Dunia.

Kelompok (cluster) ini merupakan satu kesatuan keanekaragaman ekosistem dan habitat alami, berbagai jenis flora dan fauna, termasuk jenis yang terancam dan jenis endemik yang mempunyai nilai penting bagi dunia dapat ditemukan di ketiga Taman Nasional ini. Taman Nasional ini juga memiliki elemen penting sebagai daya dukung kesinambungan ekosistem dan mahkluk hidup di dalamnya. Elemen tersebut seperti luas kawasan yang memadai, terdiri dari berbagai tipe elevasi, tipe tanah, kondisi hidrologis, iklim yang selalu basah, statusnya yang sudah jelas serta didukung oleh management yang baik.

Empat kriteria yang menjadi syarat menjadi Warisan Alam Dunia telah dipenuhi semua oleh ketiga Taman Nasional ini. Lokasinya yang terletak di pegunungan bukit barisan dimana kawasan ini telah dikenal sebagai contoh dari perubahan alam yang besar selama sejarah terbentuknya bumi, kawasan ini juga mempunyai berbagai macam tipe ekosistem dan mewakili keanekaragaman flora dan fauna Sumatera. Ditambah lagi oleh fenomena alam yang luar biasa dan pemandangan alamnya yang sangat indah serta merupakan tempat hidup yang penting dan alami bagi spesies endemik dan terancam punah yang mempunyai nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan konservasi.

Kriteria pertama, mewakili perubahan alam yang mendasar selama sejarah bumi. Munculnya rangkaian pegunungan bukit barisan, dimana ketiga Taman Nasional itu berada, sebagai hasil dari pergerakan lempeng anak benua Indian menuju anak benua Asiatic sejak 70 juta tahun yang lalu. Sementara itu, kekayaan biodiversitasnya terutama mamalia melengkapi keunikan sejarah geologi kawasan ini dimana telah ditemukan kehidupan di dalam gua Tiangko Panjang (dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat) sejak 10.000 tahun yang lalu.

Kedua, keanekaragaman ekosistem dan flora fauna di ketiga taman nasional mewakili contoh signifikan berlangsungnya proses ekologi dan biologi dalam evolusi dan perkembangan ekosistem daratan serta komunitas tumbuhan dan hewan. Sebagain kawasan ini berupa hutan dataran rendah tropis yang kaya akan spesies, sebagaimana halnya hutan pegunungan. Ekosistem hutan pegunungan yang mendominasi kawasan ini menunjukkan pentingnya kawasan ini sebagai daerah tangkapan air yang sangat penting untuk melestarikan kekayaan biodiversitas dan untuk mendukung kehidupan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan.

Ketiga, kawasan ini mengandung fenomena alam yang luar biasa serta kawasan dengan pemandangan yang indah. Di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) terdapat pegunungan Blang, fenomena alam yang luar biasa unik di daerah Sumatera Utara. Karakteristik Pegunungan Blang ditandai dengan adanya daerah yang agak datar dan agak luas dengan vegetasi pendek di bagian puncak komplek pegunungan yang lebih besar di Tanah Gayo. Sementara itu di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) terdapat Danau gunung Tujuh (1.996 m dpl), danau tertinggi di Asia Tenggara. Danau ini dikelilingi oleh 7 gunung dan menjadi salah satu obyek wisata utama di Taman Nasional. TNKS juga memiliki gunung api, danau alam, air terjun, gua alam, juga beberapa kawasan yang penting untuk habitat satwa.

Keempat, kawasan ini memiliki berbagai jenis habitat alami yang penting, membentang dari pantai, dataran rendah, bukit, sub-montana, rawa gambut, hutan montana sampai alpin, untuk pelestarian in situ berbagai jenis mahkluk hidup, termasuk jenis yang terancam punah yang punya nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan konservasi. Spesies itu termasuk Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae (CR), Badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis (CR), Orang Utan Sumatera Pongo abelii (CR), dan Kelinci Sumatera Nesolagus netscheri (CR). Spesies burung seperti Sikatan Aceh Cyornis ruckii (CR), Sumatran ground cukcoo Carpococcyx viridis (CR), Bangau storm, dan Mentok rimba Cairina scutulata (EN).

Nominasi ketiga Taman Nasional untuk menjadi Kawasan Warisan Hutan Tropis Sumatera (TRHS) searah dengan hasil keputusan dalam dialog World Heritage Forest yang diadakan di Berastagi, Indonesia pada bulan Desember 1998. Dialog tersebut disponsori oleh Menteri Kehutanan Indonesia, CIFOR, dan World Heritage center, dihadiri juga oleh banyak organisasi termasuki LSM besar seperti WWF, CI, TNC, FFI, juga IUCN, mereka mendukung pelaksanaan prinsip Konvensi World Heritage untuk melindungi suatu kelompok kawasan (cluster) daripada suatu area yang terpisah-pisah. Nominasi TNGL, TNKS dan TNBBS sebagai suatu cluster adalah salah satu rekomendasi untuk nominasi World Heritage di masa yang akan datang yang dihasilkan dari pertemuan Berastagi tersebut.

Sumber : Nomination document for the Natural World Heritage Site submitted by the Government of Indonesia to the World Heritage Committee.

Tolak Sunat Perempuan

PERLU tidaknya perempuan disunat atau dikhitan, terus menjadi polemik. Setelah Departemen Kesehatan menyatakan dari kacamata medis, sunat justru menyakiti perempuan, Kementerian Peranan Perempuan melontarkan penolakan secara keras terhadap tradisi itu.

"Tidak benar kalau sunat perempuan itu merupakan kewajiban agama. Kami menilai itu bukan kultur kita. Kalau sunat untuk anak laki-laki itu boleh. Sebaliknya untuk perempuan, itu justru menyakitkan jika dilihat dari kacamata medis,"ujar Menneg Peranan Perempuan, Meutia Hatta di Jakarta.


Dijelaskannya, sunat bagi perempuan merupakan kebudayaan bangsa Mesir. Namun, budaya itu tidak sepenuhnya diikuti oleh rakyat Mesir sendiri. "Tidak semua orang Mesir melakukannya. Ini yang perlu diketahui. Itu merusak dan kami sudah mengimbau agar perempuan tidak melakukannya. Itu mutilasi gaya lokal, tubuh untuk tidak utuh lagi. Itu juga praktik kultur saja, bukan ajaran agama," jelasnya.

Selain menyoroti masalah sunat perempuan, putri proklamator Bung Hatta ini juga menyayangkan masih banyaknya perempuan yang hidupnya selaluteraniaya. Bahkan, meski sudah bersuami, banyak perempuan dengan dalih kemiskinan, diperdagangkan.

Tindak pidana ini dikategorikan sebagai tindak pidana transnasional yang terorganisasi. Perdagangan orang telah memberikan dampak fisik, psikologis, dan sosial yang berat bagi korban. "Terutama perempuan dan anak-anak yang menderita luar biasa. Ini melanggar HAM dan secara tidak langsung telah merendahkan martabat bangsa," ujarnya lagi. Diakui Meutia, banyaknya kaum hawa yang diperjualbelikan disebabkanberbagai faktor seperti ketergantungan, kemiskinan dan faktor kebodohan.

"Itu semua karena pendidikan yang rendah. Kita sedang melakukanberbagai cara agar kaum perempuan tidak lagi mengalami kekerasan. Meski ada juga laki-laki yang dikerasi istrinya," ujarnya.

Bioreactor untuk Mengurangi Emisi Gas Batubara di Pembangkit Tenaga Listrik


oleh : Novi Yanti Sari - FKUPH

GS Cleantech telah memanfaatkan bioreactor yang telah dipatenkan para ilmuwan dari Ohio Coal Research Centre di Universitas Ohio, AS. Bioreactor perusahaan itu memanfaatkan cermin parabola untuk "mengalirkan" cahaya matahari melalui kabel optik ke tempat kumpulan Algae yang disimpan dalam pipa pengeluaran gas asal dari batu bara. Pada proses fotosintesis Algae itu gas CO2 yang dihasilkan diserap dan diubah menjadi gas O2. Diperkirakan melalui cara itu hampir sekitar 75% gas CO2 yang dihasilkan pembangkit listrik bertenaga batubara dapat dikurangi.

Sementara itu, reaktor Green Fuel yang merupakan proyek riset MIT di Massachusetts telah berhasil memproduksi 30.000 liter biofuel dari lahan seluas satu hektar serta menghasilkan karbohidrat yang bila difermentasi mampu menghasilkan 9.000 liter etanol.
Indonesia yang memiliki banyak pembangkit tenaga listrik bertenaga batubara sudah selayaknya memanfaatkan teknologi tersebut apalagi Algae mudah berkembang biak di negeri ini.
Dengan adanya teknologi ini gas CO2 dapat dikurangi sehingga efek global warming juga dapat diminimalisas. Teknologi ini sangat bagus apabila dapat diterapkan di Indonesia, mengingat saat ini kota-kota di Indonesia juga sudah menunjukkan suasana yang sangat panas akibat pemanasan global.

Bagaimana pendapat Anda?

Sumber : The Economist.


HATI-HATI TEH CELUP !




Anda gemar minum teh?


Anda terbiasa mencelupkan kantong teh celup berlama-lama?




Padahal kandungan zat klorin di kantong kertas teh celup akan larut dalam waktu 3 - 5 menit. Klorin atau chlorine, zat kimia yang digunakan dalam industri kertas. Fungsinya, disinfektan kertas, hingga kertas bebas dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Kertas dengan klorin tampak lebih bersih. Klorin dalam jumlah besar tentu berbahaya.

Banyak penelitian mencurigai kaitan antara asupan klorin dalam tubuh manusia dengan kemandulan pada pria, bayi lahir cacat, mental terbelakang, dan kanker. Buat yang pernah berkunjung ke pabrik kertas/pulp, mungkin tahu bahwa chlorine adalah senyawa kimia yang sangat jahat dengan lingkungan dan manusia, karena bersifat karsinogenik, dapat menyerang syaraf dsb!

Di kejauhan pabrik mudah dilihat jika ada asap berwarna kuning yang mengepul, itu bukan asap biasa tapi chlorine gas. Sehingga industri ini mendapat serangan hebat dari LSM lingkungan karenanya, disamping masalah kehutanan.

Kertas terbuat dari bubur pulp yang berwarna coklat tua kehitaman. Agar serat berwarna putih, diperlukan sejenis bahan pengelantang (sejenis rinso/baycline) senyawa chlorine yang kekuatan sangat keras sekali! Begitu juga dengan kain, karena memiliki serat. Jika anda mau uji kebenarannya, silahkan bawa selembar tissue ke Studio East Discotheque. (lampu khusus UV, itu loh yg buat meriksa uang palsu/ga) Jika tissue mengeluarkan cahaya saat kena sinar ultraviolet dari lampu disco, berarti masih mengandung chlorine tinggi.

Di negara maju, produk ini harus melakukan proses Neutralization dengan biaya mahal agar terbebas dari chlorine dan mendapat label kesehatan. Tissue atau kertas makanan dari negara maju yang sudah berlabel Depkes tidak akan mengeluarkan cahaya tsb saat kena UV. Begitu pula dengan kertas rokok, bahkan ada calsium carbonat agar daya bakarnya sama dengan tembakau dan akan terurai jadi CO saat dibakar.


Di Indonesia tidak ada yang kontrol, jadi berhati-hatilah.
PEOTECT YOUR FAMILY!!
MINUMLAH TEH BUKAN KLORIN.

Minggu, 06 April 2008

61 TAHUN MERDEKA, WARGA MASIH MINUM AIR HUJAN

Oleh : Oleh Indra Goeltom - Warta Bumi Antara
Jambi (ANTARA) ‐ Bangsa Indonesia tidak lama lagi merayakan kemerdekaan 17 Agustus 2008, dan ini merupakan perjalanan panjang bagi bangsa ini mengurangi ketertinggalan demi kesejahteraan rakyatnya.
Pemerataan pembangunan dengan tiga dekade era Orde Lama (Orla), Orde Baru (Orba), dan kini era Reformasi agaknya sulit dicapai, sebab berbagai persoalaan dengan segala ʺcarut‐marutʺ terus berlangsung seakan tanpa solusi.

Era Orba diakui atau tidak program pembangunan mengarahkan ke sektor pedesaan. Sampai‐sampai semua masuk desa, seperti ABRI masuk Desa (AMD) atau kini TNI Manunggal, listrik masuk desa, dan
koran pun masuk desa (KMD).

Tapi program air bersih masuk desa waktu itu belum terdengar, sehingga menjadi bukti kongkret bagi wilayah pantai timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dan Tanjung Jabung Timur, ProvinsiJambi, hingga kini baru sebagian kecil wilayah tersentuh air bersih.

Akibatnya masyarakat di dua wilayah kabupaten di pesisir pantai laut Cina Selatan dan Selat Berhala itu untuk kebutuhan air bersih bergantung pada air hujan. Jika musim hujan merupakan berkah bagi
masyarakat setempat. Tapi bila musim kemarau sepertinya ʹnerakaʹ bagi mereka.

Warga pantai timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, terutama yang
berada di desa‐desa lebih suka mengonsumsi air hujan dari pada air sumur galian atau sumur bor.

Rosna, salah seorang warga Desa Air Hitam, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, mengatakan, warga di desanya yang jauh dari pusat pemerintahan kabupaten dan kecamatan atau berada sembilan mil dari garis pantai mengonsumsi air hujan karena daerahnya belum tersentuh pembangunan instalasi air bersih.

Wanita yang juga petani kelapa itu, menuturkan, warga desa hingga kini terpaksa mengonsumsi air hujan, meski ada penilaian suatu saat bisa berdampak negatif terhadap kesehatan. ʺKami lebih berani
minum air hujan tanpa dimasak daripada mengonsumsi air setengah matang yang justru bisa menimbulkan sakit perut,ʺ katanya.

Warga memanfaatkan air sumur hanya untuk kebutuhan mandi dan mencuci, karena airnya keruh terkontaminasi air laut, kata Rosna asal keturunan bugis Sulawesi Selatan yang mengaku lahir 30 tahun laludi Desa Air Hitam.

Ratusan tahun Namun, bagi warga Desa Kampung Laut, seperti yang diungkapkan M Yasin, mengonsumsi air hujan, air sumur, dan air Sungai Batanghari bagi warga desa sudah lama menjadi tradisi, yakni sejak puluhan tahun
bahkan mungkin ratusan tahun lalu.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang dimekarkan dari kabupaten induk Tanjung Jabung Barat pada 1999, kini memiliki 11 kecamatan yang wilayahnya dipisahkan sungai, anak sungai, dan laut dengan jumlah
penduduk sekitar 275.000 jiwa.

Menurut Syarifuddin, warga Desa Parit II Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, warga
Kota Kuala Tungkal sebagian besar masih memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan sehari‐hari, termasuk untuk konsumsi.

Namun, kini warga setempat juga mulai hati‐hati menggunakan air hujan yang ditampung dari atap seng rumah, karena terkontaminasi kotoran burung walet, menyusul kian maraknya usaha sarang burung walet didaerah itu.

Sementara itu, mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Dr H Hamid Syam mengatakan, pihaknya pada 1998- 1999 pernah meneliti ketergantungan masyarakat mengonsumsi air hujan di wilayah pantai timur.
Dari hasil penelitian, minum air hujan selain menimbulkan diare, disentri, juga radang gigi.

Karena itu, ia menyarankan kepada masyarakat pantai timur yang masih mengonsumsi air hujan, untuk mengendapkannya terlebih dahulu selama tiga hari sampai seminggu yang dicampur dengan garam ala
kadarnya, untuk mengimbangi zat berbahaya yang ada di air hujan.

Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air hujan dan memenuhi kebutuhan air bersih, Bupati Tanjung Jabung Barat, DR Ir Syafrial MS mengakui pihaknya kini tengah mengusulkan pinjaman ke pemerintah pusat melalui Depkeu Rp100 miliar, untuk membangun instalasi air bersih.

Keberadaan PDAM Kuala Tungkal, Kab. Tanjung Jabung Barat kini belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi sekitar 380.000 jiwa masyarakat Tanjung Jabung Barat, karena kapasitas terpasangnya baru 40 liter per detik.

PDAM setempat kini baru bisa melayani masyarakat/pelanggan di Kota Kuala Tungkal sekitar 10.000
pelanggan. Itu pun tiap hari pelayanan ke pelanggan dilakukan secara bergilir.

Akibatnya sampai kini masyarakat Tanjabbar, khususnya di Kuala Tungkal, sebagian besar masih
mengonsumsi air hujan yang tidak terjamin bagi kesehatan manusia. Itu yang membuat saya berjuang membangun instalasi air bersih.

Masak sudah 63 tahun Indonesia merdeka masih ada rakyat kita minum air hujan, kata Syafrial yang baru
enam bulan menjabat Bupati Tanjabbar. (Uu.SYS/B/K002/C/K002)

Selasa, 25 Maret 2008

Aktor, Mobilitas dan Faktor Pendorong Pembalakan Liar


Perputaran ekonomi desa-desa pebalok secara otomatis akan hanya dikuasai oleh sebagian kecil orang yang punya kekuatan modal. Dengan uangnya tersebut akhirnya para toke menguatkan pengaruhnya melalui mekanisme yang berimplikasi kepada hubungan-hubungan sosial yang dibangun untuk menguasai pihak-pihak yang secara ekonomi lemah. Salah satunya dengan berperan sebagai patron-patron untuk mengikat para klien secara ekonomi. Implikasi dari ketergantungan itu adalah hutang budi para klien (pebalok) terhadap patron-patron tersebut. Dengan menguasai hajat hidup para klien secara tidak langsung kehidupan sosialpun ditentukan atas kepentingan para patron yang memunculkan sikap-sikap hormat, segan, dan mengamini setiap nasihat dan perintah yang menjadi petronnya (toke). Munculnya toke dan elit desa memicu gerakan masyarakat desa untuk melakukan pembalakan liar.

Pengaruh ekonomi dan sosial yang terpusat pada segelintir toke itu diperkuat oleh status tingkat religiusitas melalui gelar-gelar haji yang disandang para toke di desa. Bertambahnya unsur penguat tersebut berimplikasi tak ada cacat dan tak ada alasan untuk tidak membenarkan setiap pendapat dan perintah para toke. Munculah ke permukaan dan kecenderungan bahwa toke-toke kayu otomatis juga merupakan tokoh masyarakat. Dia menguasai kebijakan desa, menguasai dan dapat mengendalikan aparat pemerintahan desa, dan kalau perlu mereka sanggup merekayasa adat lokal untuk mengamankan kepentingan-kepentingannya. Kasus didendanya Tim Tata Batas – Biphut Jambi di salah satu desa di Kecamatan Muara Sebo Ulu - Batanghari, dengan satu kerbau dengan alasan tanpa ijin memasuki wilayah desa tersebut, merupakan bukti bahwa kepentingan toke terancam bila batas ditetapkan dan untuk itu adat lokal dipakai untuk menyamarkan kepentingan tersebut.

Tidak saja toke di desa, tetapi masyarakat desa disekitar kawasan hutan, menjadi aktor paling besar perannya dalam kerusakan hutan di seluruh Propinsi Jambi. Begitu juga dengan toke besar yang notabene adalah muara terakhir di desa dalam kegiatan pembalakan kayu. Berikut beberapa aktor yang terlibat dan sangat bertanggungjawab atas musnahnya hutan di Propinsi Jambi, diantaranya :
1) Masyarakat desa, khususnya melakukan pembalakan liar. Masyarakat desa pada umumnya terlibat dalam kegiatan survei, penebangan, dan perakitan. Masyarakat desa yang terlibat dalam kegiatan pembalakan liar ini mulai dari warga biasa yang hanya bekeraja sebagai buruh/pekerja kasar.
2) Para pejabat desa, seperti kepala desa besarta stafnya, anggota BPD sampai pada tokoh masyarakat. Pejabat desa ini akan ikut memanfaatkan hasil kayu ini dalam bentuk Peraturan Desa yang mengatur tentang salah satu sumber anggaran desa berasal dari hasil kayu, dimana setiap 1 potong kayu seharga Rp. 10.000. Semacam legitimasi yang dikeluarkan oleh desa untuk kegiatan pembalakan liar tersebut.
3) Para cukong atau toke, pemilik modal yang membiayai aktivitas pembalakan liar dan yang memperoleh keuntungan besar dari hasil kayu curian. Para cukong/toke ini mulai dari yang kecil sampai pada golongan besar. Untuk toke kecil biasanya berada atau bertempat tinggal didesa atau desa tetangga, sedangkan untuk toke golongan besar biasanya berasal dari Jambi yang memiliki pabrik pengolahan kayu.
4) Pemilik pabrik pengolahan kayu/sawmill sebagai pembeli kayu illegal, sebagian lagi ada juga pemilik sawmill yang menjadi dalang atau toke yang memberi modal dalam aktifitas pembalakan liar. Biasanya para pemilik sawmill mempunyai staff (tangan kanan) yang berasal dari desa.
5) Instansi Pemerintah (khususnya dari Dinas Kehutanan), biasanya pegawai ini terlibat dalam hal memanipulasi pengeluaran dokumen surat angkutan kayu bulat. Tidak saja pegawai rendahan tetapi juga melibatkan Kepala Dinas Kehutanan.

MOBILISASI PEMBALAKAN LIAR
Berbagai akses digunakan dalam mengeluarkan hasil pembalakan liar, diantaranya :
1. Sungai.

Pembalakan liar di Kabupaten Batanghari memanfatkan sungai Serengam yang bermuara di Sungai Tembesi di desa Hajran, lokasi pengambilan berasal dari Sungai Terap, sungai Dangku, sungai Sako Lado dan sungai Bangkai Anjing. Transaksi jual beli berlangsung di Muara sungai Serengam yaitu di desa Hajran. Pembeli selanjutnya mengangkut kayunya dengan memanfaatkan sungai Tembesi atau Tabir yang ditarik dengan pompong menuju Jambi. Untuk bagian utara Kabupaten Batanghari, melalui sungai Kejasung Kecil, sungai Kejasung Besar, sungai Tabir selanjutnya menuju sungai Batanghari menuju Jambi.
2. Jalan darat melalui beberapa alternatif.

Pembalakan liar di wilayah Kabupaten Batanghari juga dilakukan melalui beberapa alternatif, melalui : 1) jalan loging PT. Sawit Desa Makmur. Kegiatan bebalok dilakukan pada musim kemarau yang keluar di desa Hajran. Bisa juga melalui jalan logging eks. PT. Alas Kusuma dan Perkebunan PT. Era Mitra Agro Lestari menuju desa Dusun Baru Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun. Alternatif lain melalui jalan loging PT. Wana Jaya yang berlokasi di sungai Dangku Kecil yang keluar di Sungai Tembesi di desa Olak Besar. Sementara wilayah Kabupetan Tebo, melalui daerah hulu yaitu jalan Haji Gani, mudik sampai ladang Musi di Bernai. Bagian tengah melalui jalan haji Gani, mudik sampai sedodo Benyok. Bagian hilir melalui jalan Sutarjo mudik sampai B. Lambon Pupung dan jalan darat dari desa Tanah Garo.

FAKTOR – FAKTOR PENDORONG KEGIATAN PEMBALAKAN LIAR
Berdasarkan hasil wawancara, investigasi dan analisa dilapangan terdapat beberapa faktor pendorong dari masyarakat untuk melakukan kegiatan pembalakan liar, yiatu :
1. Faktor Ekonomi, yaitu :
a. Kegiatan pembalakan liar sangat cepat menghasilkan uang dan jumlahnya cukup besar jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Padahal berdasarkan analisa bahwa pendapatan yang diterima justru jauh lebih kecil dari apa yang telah diperoleh. Kemudahan yang diperoleh adalah mendapatkan uang kontan sebelum bekerja, karena pebalok mendapatkan suntikan modal dari toke. Dan selama pebalok bekerja, keluarga yang ditinggalkan di desa juga mendapatkan meminjam dari toke yang keseluruhannya merupakan hutang yang nantinya langsung dipotong saat penghitungan hasil dari kegiatan tersebut.
2. Faktor Sosial, yaitu :
a. Keterikatan emosional sebagian warga terhadap hutan, diwujudkan dengan keikutsertaan mereka melakukan illegal loging. Dengan suatu harapan dapat menikmati hasil kayu sebelum terlanjur semuanya habis
b. Karena sering terjadinya interaksi antara satu masyarakat dengan yang lain (makhluk sosial), maka akan termotivasi bagi kelompok lain untuk melakukan kegiatan pembalakan liar.
c. Adanya kecemburuan sosial terhadap salah satu keluarga yang mendapatkan uang banyak dari hasil bebalok
d. Karena pekerjaan dilakukan secara bersama-sama dan berkelompok, maka walaupun pekerjaan secara fisik membutuhkan tenaga yang kuat akan menjadi ringan.
e. Tingginya rasa kebersamaan dan kekompakan antara satu kelompok.
f. Akan terjadi interaksi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain, sehingga suasana akan menjadi ramai walaupun dalam hutan.
3. Faktor hukum
a. Lemahnya penegakan hukum oleh aparat/instansi terkait
b. Kerlibatan dari pihak atau instansi terkait dalam kegiatan pembalakan liar, seperti adanya pemalsuan surat dokumen pengangkutan kayu dari Dinas Kehutanan
c. Adanya semacam legitimasi atau dukungan dari pemerintahan desa, dalam bentuk Peraturan Desa

Senin, 24 Maret 2008

Kota Jambi : antara Ingatan dan Ilusi Identitas (Aditya Dipta Anindita dan Dodi Rokhdian)*


* mereka ini temenku yang merupakan warga pendatang dan pemerhati kota (Thank kontribusi tulisannya, biar orang djambi juga tau dan nyadar kalau ....!).

Sebelum keberangkatan kami ke kota Jambi sekitar setahun lalu, ada cerita dari seorang kerabat yang pernah tinggal di kota ini belasan tahun yang lalu. Katanya, Jambi adalah kota terbersih yang pernah dilihatnya. Tinggal kami, untuk membuktikan cerita itu.

Kurang lebih setahun ini, kami mulai mengenali kota Jambi; lika-liku lorong dan simpangnya, musik keras di angkot yang meninggalkan debaran di jantung, pemandangan ribuan burung gereja di atas pasar saat senja juga mungkin kotoran mereka yang jatuh tiba-tiba di dekat kita. Tak ketinggalan jagung bakar dan es tebu di tepi Batang Hari yang lebih terkenal dengan sebutan Ancol, memandang lepas ke arah perahu-perahu dan matahari yang perlahan turun. Romantis, asal tidak mengalihkan pandangan ke bawah, ke tepiah-tepian sungai yang penuh sampah.

Pengalaman dengan sampah bukan hanya di Ancol saja. Turun dari angkot di terminal pasar, lalu berjalan kaki menuju toko buku Gloria, Saimen, Mandala, Tropi, Matahari sampai kembali lagi menunggu angkot di dekat Abadi, paling tidak lima kali kami harus melewati tumpukan sampah, mengambil jarak agar tidak terganggu oleh bau busuk yang dikeluarkannya. Pemandangan pun terganggu. Inikah kota Jambi yang pernah dikenal orang sebagai kota terbersih?

Tiba-tiba terlintas slogan “Jambi Kota Beradat”. Kata ‘beradat’ sendiri bisa dimaknai sebagai memiliki, memegang, atau menjalankan adat. Adat sendiri dalam bahasa Indonesia secara harifiah diartikan sebagai aturan yang telah dilakukan sejak lama, kebiasaan, atau wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai dan berkaitan menjadi satu sistem. Kata ‘adat’ sepertinya memang sering didengungkan di kota ini, terutama dalam seloka Adat bersendi syara, syara bersendi Kitabullah. Betapa damai terasa gambaran kota yang ditawarkan dalam seloka ini. Belum lagi jika kita memahami slogan “Jambi Kota Beradat” sebagai penjabaran dari Jambi kota yang bersih, aman dan tertib. Slogan ini mengisyaratkan bahwa ada upaya perwujudan kota Jambi yang bersih, aman dan tertib. Lalu, dimana harus ditempatkan pengalaman dan pemandangan sampah di Ancol atau pasar dalam slogan kota Jambi yang senantiasa didengungkan itu? Ini belum tentang keamanan dan ketertiban kota ini.

Ada dua hal yang membedakan masing-masing kota, yakni kota dalam tatanan geografis serta kota dalam ingatan dan pengalaman warganya. Tataran pertama menggambarkan kota sebagaimana dalam peta yang menunjukkan batas-batas wilayah serta patokan-patokan fisik seperti bandara, pasar, sungai atau taman PKK. Sementara tataran kedua menggambarkan kota sebagaimana yang dialami oleh warganya seperti aroma jagung bakar di ancol atau bau busuk tumpukan sampah di pasar Angso Duo. Ingatan-ingatan berdasar pengalaman berulang inilah yang sesungguhnya akan terekam sebagai gambaran atau citra atas kota tempat tinggal seseorang.

Ingatan Bersama vs Ilusi Kota
Bisa dibayangkan bila dalam pikiran bawah sadar sesungguhnya kita dipaksa untuk memahami dua pengertian yang berbeda tentang sebuah kota bernama Jambi ini. Pengalaman atas sampah, misalnya, segera berhadapan dengan ingatan atas slogan “Jambi Kota Beradat”. Mana yang nyata?

Michelle de Certeau, pemikir kota aliran Prancis, menyebutkan bahwa pengalaman-pengalaman atas kota yang paling mendasar sesungguhnya adalah milik para pejalan kaki. Merekalah yang setiap harinya membuat cerita atas kota tanpa bisa membacanya. Dan ketika pengalaman-pengalaman dengan sampah tadi berhadapan dengan pemahaman kebersihan kota dalam slogan, akhirnya slogan itu sendiri menjadi seperti ilusi. Antara ada dan tiada. Bahwa sesungguhnya ada identitas yang tengah coba untuk ditanamkan, menyertai bahkan menafikan ingatan-ingatan atas kota yang sesungguhnya.

Manipulasi pembentukan citra kota bersih, aman, dan tertib melalui slogan dalam bahasa de Certeau diistilahkan sebagai strategi, yaitu kemampuan untuk menyingkirkan terlebih dahulu pendapat yang berbeda, halangan, atau hambatan yang ada di lingkungan di mana kehendak (kuasa) satu kelompok dioperasikan. Tak hanya Jambi sebenarnya, tetapi inilah kenyataan yang dimiliki oleh nyaris setiap propinsi, kota dan kabupaten di tanah air ini. Mungkin kita sempat mencatat slogan-slogan pembangunan lain seperti Bungo Kota Lintas, Bulian Kota Berlian, Bangko Kota Beriman, atau Kerinci kota Sakti. Tapi coba tanyakan kebenarannya pada warga, terutama mereka yang setiap hari berjalan kaki menelusuri kotanya. Apakah memang demikian kota yang mereka punya?

Inilah cara pandang kota dari ketinggian, seperti, mungkin – maaf pak Gubernur – jika memandang tepian Batang Hari dari tebing atas, di area Gubernuran yang sudah pasti terjaga kebersihannya, aman dari gangguan serta tertata rapi. Kami belum pernah, tetapi sepertinya dari atas sana tidak terlihat sampah-sampah yang memenuhi tepian sungai, juga bau busuknya yang beradu dengan aroma jagung yang tengah dibakar. Dan kita, yang membutuhkan ruang-ruang rekreasi dalam kota, akhirnya yang harus berkompromi dengan suasana itu. Kita lantas harus menutup hidung atau memilih tempat yang agak jauh dari tumpukan sampah. Sisi pengalaman yang kontras ini, oleh de Certeau disebut dengan taktik, yakni sebuah tindakan penuh perhitungan yang dilakukan karena ketiadaan tempat-tempat yang layak. Pendeknya, taktik adalah siasat yang dipakai oleh orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan.

Pemandangan dari atas akan selalu indah, juga teratur sebagaimana jika kita memandang kota dalam peta. Tapi dari atas pula tidak tercium bau sampah, tidak tampak trotoar yang berlubang, atau kumpulan pemuda yang kadang memaksa meminta uang. Kalau memang demikian, maka timbul pertanyaan: kepada siapa sesungguhnya kota yang bersih, aman dan tertib ini diperuntukkan?

Mempertanyakan Identitas Kota
Membicarakan citra kota akan membawa kita pada wacana identitas kota. Mengutip catatan seorang teman, bahwa identitas bukan sekedar nama atau uraian biografi tetapi juga rangkaian cerita yang membentuk citra dalam diri setiap manusia. Karena itulah identitas sebenarnya bukan sesuatu yang layak untuk dipaksakan. Bagi sebuah kota, identitas menyimpan pengalaman-pengalaman warga serta proses tumbuh kembang kota sendiri. Misalnya dari bentuk bangunan lama bergaya kolonial, kita bisa menaksir kapan, siapa, dan bagaimana sejarah perkembangan kota. Lalu penamaan-penamaan warga sendiri, misalnya orientasi arah hulu dan hilir menunjukkan betapa sungai memiliki arti penting bagi penduduk sekitarnya. Bagaimana pal seven bisa dibaca sebagai Sipin, atau bagaimana simpang dan lorong menjadi penanda kota.

Inilah mengapa karakteristik sebuah kota tidak bisa digeneralisir dalam pola-pola sentralistik. Setiap kota memilik karakter masing-masing yang terbentuk dari pengalaman sehari-hari warganya. Dan kota, tidak bisa begitu saja direproduksi secara mekanis jika kita tidak ingin kehilangan ingatan-ingatan atas rentetan peristiwa proses tumbuh kembang kota, jika kita tidak ingin kehilangan identitas kota yang sesungguhnya.

Yang kami tidak pernah mengerti, mengapa harus ada sebutan Ancol untuk tepian Batang Hari, Monas untuk tugu yang dikelilingi empat ekor angsa di daerah Kota Baru, Taman Mini untuk area MTQ berupa rumah-rumah adat perwakilan tiap kabupaten, hingga ruas jalan menuju bandara yang diberi nama Soekarno-Hatta. Padahal, Jambi menyimpan mitos perjalanan dua ekor angsa yang kemudian dipercaya sebagai asal muasal kota ini, pantun dan seloka Melayu yang didongengkan oleh nini mamak, ribuan burung gereja di atas pasar saat senja, atau Batang Hari yang alirannya konon terpanjang di pulau Sumatera.
Inilah saatnya memandang kota melalui pemahaman baru, bahwa kota bukanlah mahkluk mati tak bergerak seperti peta. Kota tumbuh dan berkembang seiring dengan pengalaman-pengalaman warganya.

Menyelami kehidupan kota Jambi selama setahun ini, adalah tentang suasana angkutan kota dengan musik hingar bingar yang menghentak jantung penumpang hingga kami harus berteriak kencang kepada kernet jika ingin turun di tempat tujuan. Ingatan tentang Jambi bagi kami, keindahan ketika ribuan burung gereja bertengger di profil-profil bangunan dan di setiap bentangan kabel-kabel listrik saat langit senja merona jingga. Juga alunan musik biduk sayak yang keluar dari salah satu speaker penjual VCD bajakan kaki lima. Bagaimana dengan anda, pemilik kota Sepucuk Jambi Sembilan Lurah?

Jumat, 21 Maret 2008

MARAKNYA AKTIVITAS ILLEGAL LOGGING


Salah satu penyebab kerusakan hutan Jambi disebabkan oleh maraknya aktivitas pembalakan liar alias illegal logging. Aktifitas ini terjadi secara luas, sistematis, dan seperti tidak terjangkau oleh hukum yang berlaku. Analisis yang dilakukan Departemen Kehutanan pada tahun 2000 menyebutkan bahwa pembalakan liar dilakukan oleh suatu bisnis kegiatan kriminal yang dikelola dengan baik dan memiliki pendukung yang kuat dan suatu jaringan kerja yang sangat ekstensif, sangat mantap dan kokoh sehingga sulit ditolak, diancam, dan sebenarnya secara fisik mengancam otoritas penegakan hukum kehutanan.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa begitu banyak pihak terlibat dalam mata rantai aktifitas illegal ini, baik kalangan sipil sampai militer. Begitu meluasnya sehingga keterlibatan ini sangat terang-terangan. Dibandingkan dengan skala aktifitas yang terjadi, berbagai upaya penegakan hukum yang telah dilakukan nyaris tidak memberi efek jera sama sekali. Yang kemudian berkembang di lapangan adalah timbulnya rasa “saling pengertian yang sangat mendalam” antara pemodal, pekerja/buruh, pemilik sawmill, penyedia angkutan, petugas kehutanan, aparat kepolisian, aparat militer, dan bahkan petugas DLLAJR. Kondisi inilah yang kemudian menjadi salah satu pemicu menjamurnya kegiatan pembalakan liar.

kitapun dikejutkan dengan penemuan puluhan sawmill illegal yang masih bebas beroperasi di Propinsi Jambi. Seperti diberitakan Harian Jambi Ekspres (14 Desember 2007) bahwa setidaknya ada 46 sawmill illegal yang tersebar di 3 Kabupaten di Propinsi Jambi. Sawmil-sawmil yang beroperasi tanpa ijin yang kayunya dipasok dari Hutan Produksi di Kabupaten Sarolangun sebanyak 30 Unit Usaha. Pemilik sawmill di Kabupaten Sarolangun ini menggunakan bandsaw dan beroperasi disekitar hutan Taman Nasional dan kayu-kayu didistribusikan melalui sungai Batanghari. Bahkan masih ada 3 usaha moulding (industri kayu berkapasitas besar) sampai sekarang masih beroperasi di Propinsi ini. Sementara 30 Unit Usaha sawmill tanpa ijin berada di Kabupaten Muara Jambi dan 6 Unit Usaha sawmill tanpa ijin berada di Kabupaten Batanghari. Modus operasi mereka berpindah-pindah hingga menyulitkan upaya pemberantasan kegiatan pembalakan liar. Justru yang banyak bermain dalam pembalakan liar justru oknum, Polisi dan sebagian kecil oknum TNI. Mereka bukan saja melindungi kegiatan pembalakan liar justru merekalah menjadi pelaku langsung (Jambi Ekspres, 14 Desember 2007).


Belum selesai permasalah sawmill illegal, kembali kita dikejutkan dengan penemuan gelondongan kayu sebanyak 3.619 batang yang setara dengan 1.240 m³ di Petaling Kabupaten Muara Jambi diduga merupakan hasil pembalakan liar (Harian Jambi Ekspres, 18 Desember 2007). Hal ini membuktikan masih terjadi aktivitas pembalakan liar di Jambi.

Sementara kegiatan pembalakan liar terjadi hampir diseluruh kawasan hutan lindung maupun kawasan taman nasional di Propinsi Jambi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya tingkat pembalakan liar di kawasan TNBD, antara lain :
1. Lemahnya penegakan hukum, baik pengawasan dan kontrol dari pihak penegak

hukum dan pengambil kebijaka
2. Tidak harmonisnya kebijakan pusat dan daerah
3. Kurangnya koordinasi antar instansi terkait
4. Permintaan kayu melebihi kemampuan penyediaan
5. Terbukanya peluang pasar untuk menerima kayu illegal
6. Konflik pemanfaatan lahan
7. Tersedianya kayu-kayu bernilai ekonomis
8. Sumber penghasilan utama dan aktivitas pembalakan sangat menjanjikan hasil yang

mengiurkan dan relatif cepat
9. Krisis ekonomi yang memberi andil kemiskinan dan pengangguran
10. Dukungan akses (jalan darat dan sungai) menuju kawasan TNBD terutama jalan-jalan

logging eks HPH
11. Tidak ada lapangan pekerjaan alternatif pengganti bebalok di desa dan akses dengan

dunia luar
12. Aktivitas bebalok merupakan turun temurun dan keterampilan masyarakat desa tidak ada

sama sekali

Rabu, 19 Maret 2008

TEH HIJAU DAN MANFAATNYA


Akhir-akhir ini bila kita perhatikan mulai banyak produk-produk minuman dalam kemasan yang berisi teh hijau. Sebenarnya apa sih yang menyebab kanteh hijau terkenal bagus untuk kesehatan? Teh (Camellia sinensis) saat ini dibedakan berdasarkan lokasi tumbuhnya. Hal inilah yang menyebabkan dikenalnya beragam teh, seperti: teh Cina, Sri Lanka, Jepang, Indonesia, atau teh Afrika.


Teh hijau, seperti juga teh hitam, berasal dari tumbuhan yang sama. Nama dan wujudnya menjadi berbeda karena proses persiapan yang dijalani berbeda. Teh hijau diproses dengan cara khusus. Setelah dipetik, daun teh akan mengalami pengasapan. Proses ini akan mengeringkan daun teh, namun tidak sampai mengubah warna daun. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan daun teh tetap terlihat berwarna hijau muda. Proses ini kemudian terbukti dapat mempertahankan berbagai kandungan nutrisi, antara lain zat antioksidan polyphenols pada daun teh. Ingin tahu apa saja kandungan dalam teh hijau yang begitu menyehatkan bagi tubuh?


1. Antioksidan polyphenol.

Para ilmuwan Jepang percaya bahwa antioksidan polyphenol yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, kanker usus terutama sel kanker kulit. Zat ini dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan.


2. Fluoride.

Fluoride tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah pertumbuhan caries pada gigi, mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.


3. Mangan.

Kandungan mangan yang terdapat pada teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi sehingga membantu menjaga kestabilan kadar gula dalam darah.


4. Kafein.

Kadar kafein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan kafein yang terkandung dalam kopi. Pada teh hanya terkandung kafein sebanyak 3 - 5%. Jadi jika kita rajin minum teh, maka tubuh dan pikiran akan terasa lebihsegar. Kafein berpengaruh positif pada aktivitas mental, dan dapat memperbaiki proses pencernaan makanan dalam lambung. Pencernaan yang baik akan membakar lemak dalam tubuh lebih efisien. Jika Anda sedang menjalani diet, proses ini membantu usaha untuk mengurangi berat badan. Terlebih lagi jika teh diminum saat perut masih kosong.


5. Tanin.

Hasil penelitian terakhir tentang teh hijau menunjukkan bahwa kandungan senyawa golongan tanin yang terkandung dalam teh hijau mampu mencegah dan mengobati gangguan ginjal. Sementara itu daun teh yang masih basah dapat digunakan sebagai kompres kulit yang terkena gigitan serangga, terbakar sinar matahari, atau sebagai penyegar untuk mata yang lelah. Bagi anda yang ingin teratur menjaga kondisi kesehatan, sangat disarankan agar setidaknya meminum satu cangkir teh hijau, baik panas ataupun dingin setiap hari.